Postingan

Air Terjun Pangkadari

Gambar
Merupakan salah satu air terjun dengan pesona yang luar biasa. Terletak di Kampung Raci, Desa Wae Codi, Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Untuk menuju ke air terjun melalui kota Ruteng, wisatawan dapat menggunakan kendaraan roda dua atau empat, melalui jalan trans Ruteng-Reo sejauh kurang lebih 21 KM hingga ke pertigaan Golonggorong, Pagal kecamatan cabal. Setelah pertigaan Golo Nggorong, selanjutnya menuju Desa Wae Codi yang ditempuh dengan jarak sekitar 6 km, melalui Desa Compang Cibal dengan jalan telah beraspal. Anda mesti berhati-hati yah… mengingat jalan yang ditempuh cukup berkelok. Sampai di desa wae codi tepatnya Kampung Raci, disnilah jalan masuk menuju air terjun Pangkadari. Dengan jarak yang ditempuh kurang lebih 2 Km, melalui jalan berbatu atau belum beraspal yang merupakan jalan tani desa setempat. Setelah menempuh jalan berbatu, akan dilanjutkan dengan jalan setapak diantara perkebunan kopi, kemiri hingga hamparan persawahan tepat sebel

PANDEMI BAYANGAN

Gambar
  Tanpa terasa, kita sudah berhadapan dengan pandemi selama 2 tahun. Hingga awal April 2022, Korban meninggal dunia di tingkat global dari 230 negara telah mencapai 6.170.283 orang, sedangkan di Indonesia sendiri telah mencapai 155.626 orang.   Dengan data penyebarannya sebagai berikut.                                    Kehadiran pandemi, menghantar setiap pribadi ke dalam kondisi yang lebih rentan terutama perempuan. Tanpa pandemic saja, jadi perempuan sdh ribet apa lagi ada pandemic??? Kondisi pandemic memaksa tiap orang untuk lebih adaptif, terutama bagaimana tetap menjalin relasi dengan orang lain di antara jarak yang sudah menjadi penyelamat. Hal ini, mebuat ruang maya atau internet menjadi salah satu pilihan yang palin ideal. Ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya tren penggunaan internet dan media sosial selama masa pandemic, berikut data yang dilaporkan We are Social. Tren Penggunaan Internet dan Media Sosial Hingga Januari 2021 Sumber; We Are Social  

Kuasa Raga MEMASUNG JIWA

Gambar
  Menjadi gadis mudah, tak membuat segalnya muda. Dalam nilai yang mengakar pada hati dan pikiran, membangun standar menjadi puan dalam beragam tuntut. Menghimpit menuntut hidup dibentuk sebagaimana forma   dibuat.   Setelah gelap sudah menjadi gulita, hitam sudah menjadi kelam, hidup bukan lagi menjadi utuh namun kepein-keping hidup yang diremukan tanpa ampun. Tubuh yang tadi katanya millik kita, jadi rebutan untuk dihancurkan.   Hingga suatau waktu masa penceran itu pun datang. Cahaya itu datang menyilau pandang, mata yang tak biasa, tak lagi bisa sekedar menyipit apa lagi menatap, tak hanya bertekuk, lutut tersungkur dihadapan hidup. Segalanya terengut tanpa ampun, putus dan pupus.   Dalam remang tatap, waktu terus bergulir, hangat nafas memaksa tuk Kembali mengukir jejak, mendorong tubuh tuk Kembali tegak namun Lelah mengempas tuk Kembali tersungkur, satu…dua…tiga…bahkan yang berbelas hinggah berpuluh mungkin tuk keratus kalinya mencoba… lagi

Perempuan, Kapitalisme dan Patriarki dalam Pusaran Pandemi.

Gambar
  Berada dalam pusaran perubahan yang sering disebut sebagai kemajuan yang menuntut kita menjadi bagian dari adaptasi atau tergerus oleh perubahan itu sendiri. Kemajuan memiliki standar umum yang kemudian mematikan nalar kritis peradaban mulai dari ide pembangunan hingga standar seorang individu. Perlu mengetahui lebih dalam, soal kedirian yang sebenarnya menjadi bagian dari target kita masing-masing, setidaknya bisa menjadi akar bagaimana berdiri di atas dunia yang tidak pernah menjadi statistik dan diperhadapkan dengan berbagai gempuran perubahan. Dalam dunia tsunami kemajuan teknologi yang pesat dengan tawaran segala instan yang dimiliki mengantar kita pada diciptakan yang dipaksa untuk beradaptasi atau hanya berselancar sebagai pasar empuk kapitalis. Kehadiran pandemi tak jarang menghantar kita menjadi generasi rebahan, terombang ambing di antara seliweran muatan dunia dalam genggaman. Kehadiran kita sebagai bagian dari peradaban global tidak terlepas dari industrialisa