Kemerdekaan yang Terikat.

 


Persoalan perempuan tak habis dikaji, mulai dari perempuan sebagai peribadi hingga perempuan dalam interaksi social. Pemasungan kemerdekaan kaum perempuan terus berganti rupa dari masa kerajaan hingga masa refomasi. Ketidak adailan terhadap perempan tidak terlepas dari dinamika kehidupan social dari masa ke masa.

Dinamika makna akan eksistensi perempuan terus berlanjut, yang kemudian termanifestasi dalam penilaian juga perlakuan terhadap kaum perempuan dalam peradaban. Perempuan kerap menjadi harga yang membayar glamor kemewahan peradaban mulai dari keluarga hingga institusi negara yang menjadi pelindung dan penjamin harkat dan martabat rakyatnya. Dalam dunia komersial, perempuan menjadi harga atas makin mengawannya keuntungan para pemilik factor produksi, pemuas dahaga akan ketamakan sang kapitalis. Dalam dunia politik perempuan menjadi jualan bagi peningkatan popularitas partai. Dalam pembangunan perempuan menjadi jualan melalui wacana pengarusutamaan  gender. 

Glamor kemerdekaan perempuan di masa sekarang justru menghantar perempuan pada berjuta pilihan yang menghadirkan dilema tak berujung. Public mengakui soal kesetaraan perempuan dan laki-laki, namun dalam realita dunia kerap berwajah perempuan. Seluk beluk bahkan segalanya tentang perempuan menjadi sorotan yang kemudian sepihak dihakimi. Esensi kemerdekaan perempuan tak jarang menjadi kemerdekaan semu, dimana perempuan diberi kebebasa untuk memilih hidup dengan niali-nilai kehidupan yang koservatif atau sesuai gaya hidup sesuai tawaran zaman di hari ini. Ujung dari segalanya, perempuan hanya menjadi komoditi yang kemudian ditimbang dengan alat pengukur masa dan harganya ditentukan pembeli dan penjual.

Angela McRobbie dalam sebuah tulisannya berjudul Post Feminism and Popular Culture menjelaskan, postfeminisme merupakan sebuah kritik kultural atas feminisme yang dipopulerkan oleh media massa seperti televisi dan iklan, membawa perempuan pada belitan ganda (double entanglement). Belitan ganda antara kapitalisme dan media massa menjebak perempuan dalam dilema baru, antara nilai-nilai konservatif dan keberhasilan feminism yang membuat perempuan menjadi mandiri dan bebas memilih. Nilainilai konservatif seperti menikah, mempunyai anak, berpenampilan menarik tidak hilang seiring dengan kesadaran perempuan dan kemampuannya untuk memilih dengan sadar dan bebas. Media meyakini, melalui budaya populer, ada sebuah permasalahan baru yang merupakan dampak dari feminisme yakni ketakutan akan kesendirian dan kepedulian pada diri sendiri. Keadaan tersebut yang dijadikan kesempatan oleh kapitalisme mengarahkan perempuan untuk mencari kepuasan dengan budaya atau gaya hidup konsumerisme.

Menjadi perempuan tak pernah menjadi sebuah perkara yang gampang. Meski pada hari ini kemerdekaan Indonesia tak lepas dari perjungan kaum perempuan. Di tengan kemajuan ilmu penegtahuan dan teknologi serta masih kentalnya nilai-nilai konservatif terkait eksistensi perempuan memaksa perempuan tuk tetap teguh mengakar melawan berjuta gejolak perong-rong kemerdekaannya. Hingga di peringatan hari ibu yang ke 91, tepatnya pada 22 Desember 2019 dengan tema nasional “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju”, dimana mendorong peningkatan peran perempuan dalam ruang public dalam multidimensi kehidupan dengan pemberdayaan kaum perempuan sebagai salah satu penentu kemajuan Bangsa kemerdekaan perempuan terpancar dalam kepalsuan. 

Di era milenial, tiap pribadi khususnya perempuan memiliki perspektif pribadi soal pemaknaan eksistensi perempuan. Tak jarang apatisme menjadi sahabat di tengah bertubi persoalan perempuan. Namun tak sedikit  juga yang punya empati mendalam terkait realita kehidupan perempuan. Mulai dari sosialisasi melalui media social hingga face to face. Yang paling absurd dari perjungan perempuan adalah aktivis perempuan yang kerap lupa bahwa Ia adalah perempuan. Mengimbang juang, menakar waktu juga kepentingan antara diri dan perempuan lain di sekitarnya. Hingga ia lupa, bahwa tututan koadratisnya sebagai peribadi perempuan layaknya orang lain. Tak jarang mereka menghadirkan penipuan public, dalam pencitraan semu.

Menjadi pribadi merdeka di tengah system pemasung kebebasan kerap menjadi bahasa langit yang sukar dibumikan, namun ada seribu jalan menuju Roma. Hidup adalah pilihan yang berpaut konsekuensi tak terhindari. Mari membuka cakrawala di atas samudra kehidupan, dengan memperkaya akal dalam romantika bersama jendela dunia dan berdialektika dalam rung diskusi. Mendobrak zona nyaman dan melangakah dalam merdeka meski kadang terikat. Jadilah penggengam atas hidup yang sudah dipercayakan atas kita.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermin Retak

PANDEMI BAYANGAN